Ini suatu pengalaman yang tidak pernah terlupakan dalam hidup ku, dan aku selalu ingin agar kejadian-kejadian seperti itu bisa terulang dalam kehidupanku. Kejadian ini sudah cukup lama ketika usiaku menginjak duapuluhan, waktu itu aku tinggal didaerah perkampungan yang mungkin paling kumuh di daerah Jakarta-kota, kalau hujan cukup besar rumah yang ku tumpangi pasti banjir, saat itu aku seorang pengangguran dan tidak bekerja, hidup sehari-hari dari belas kasihan saudara2 ipar dari isteriku, ketika anakku yang kedua lahir genap 40 hari, aku dan isteri dan anak-anakku tidak diperbolehkan lagi menumpang dirumah adik iparku, untung ada seorang tetangga yang baik hati aku diberikan sebuah kamar untuk tinggal sementara.
Dikamar ukuran 4x 4 dengan dinding gedek, disitulah aku tinggal, walaupun hidup ini sangat menderita sekali saat itu, hatiku tenang tidak kuatir akan apa yang harus kami makan sehari-hari, saat itu negeri kita juga dalam keadaan ekonomi susah, membeli beras harus antri, semuanya serba susah. Setiap minggu sore aku mengumpulkan tetangga dan anak2 untuk mengadakan kebaktian dikamarku yang sempit itu.
Suatu hari sore kira2 jam 4, saat aku memuji-muji Tuhan di pekarangan luar rumah, hati ini penuh sukacita yang luar biasa, anak-anak tetangga yang baru berusia 7 – 10 tahun ku ajak bernyanyi, memuji-muji Tuhan tak henti2nya, kemudian juga orang2 dewasa tanpa kuperintah mereka semua ikut bernyanyi memuji Tuhan dan sambil bergandengan tangan dan menari-nari kami tak henti2nya memuji Tuhan, sehingga menjadikan kelompok kurang lebih sekitar 12 orang yang ikut bernyanyi-nyanyi memuji Tuhan.
Sukacita yang luar biasa membuat warga seisi kampung keluar ingin melihat apa yang terjadi dihalaman rumah itu, kami dikerumuni dengan orang2 kampung yang menonton kami memuji Tuhan, kami tetap bernyanyi dengan lagu2 yang tak pernah kudengar, lagu2 yang sangat merdu dan membuat sukacita yang tak masuk akal, ketika tiba2 seorang militer KKO (sekarang Marinir AL) membentak aku untuk berhenti bernyanyi, aku tak hiraukan hardiknya, dari mulutku tetap keluar pujian2, aku tidak merasa takut sekalipun ketika KKO itu mengancam untuk menembak kalau aku tidak mau berhenti menyanyi, bahkan aku semakin keras memuji-muji Tuhan sambil meninggi-ninggikan Tuhan Yesus.
KKO itu rupanya marah, mulutku dipukulnya dengan stengun yang dibawahnya, tetapi aku tidak merasa sakit bahkan aku menantangnya “tembak aku, aku tidak takut”, saat itu suaraku makin melengking membuat hampir seluruh warga kampung keluar menonton aku, dan tinggal aku sendirian yg tetap masih memuji-muji Tuhan, rupanya membuat KKO itu tambah marah dan aku ditamparnya, dan tanganku diikat, saat itu aku masih tetap melantunkan lagu2 pujian walaupun tanganku telah terikat, dan kemudian aku digiring kepos hansip yang jaraknya 400 meter, sepanjang jalan ke pos Hansip aku tetap memuji-muji Tuhan.
Sampai di pos Hansip aku baru berhenti memuji Tuhan, sore hari itu aku diinterogasi oleh aparat keamanan kampung, sampai jam 7 malam baru aku diperbolehkan pulang.
Apa yang aku alami itu mungkin seperti yang dialami ketika para rasul dipenuhi oleh Roh Kudus ketika mereka menanti-nantikan janji Tuhan, dari mulut keluar pujian2 yang tidak dapat dihentikan oleh kuasa apapun, diancam, dipukul, tidak juga dapat menghentikan Pekerjaan Roh.
Dimana Tuhan dipuji2, pasti ada suatu perubahan, saat kita ditekan pasti Tuhan membuka jalan yg baru, minggu itu aku dilarang membuka kebaktian oleh pemilik rumah, dan setelah kejadian itu aku disuruh pindah dan puji Tuhan! Sejak itu aku pindah lagi numpang dimertuaku, dan hidupku mulai diubah oleh Tuhan, aku mendapatkan pekerjaan disebuah kantor ekpedisi, dan aku dapat membangun rumah sendiri, itu semua kemurahan Tuhan.
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan. Ia akan seperti pohon yang ditanam ditepi air, yang merambatkan akar-akarnya ketepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yermia 17 : 7-8).