Banyak orang beranggapan jika keinginan bunuh diri hanya ada di benak kaum muda.
“Ini salah satu kesalahpahaman terbesar,” papar Greg Kushinick, psikolog spesiali kecemasan dan depresi dari Manhattan.
Menurut American Association of Suicidology, 5.723 orang Amerika berusia 15 dan 24 mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada tahun 2016.
Sementara itu, sebanyak 16.196 mereka yang berusia antara 45 dan 65 tahun juga memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama.
Berdasarkan laporan CNN, angka kejadian bunuh diri di Indonesia mencapai 5.000 kejadian per tahun pada 2010. Mirisnya, angka ini meningkat hingga dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.
Penyanyi Chris Cornell berusia 52 tahun ketika ia memilih mengakhiri hidupnya sendiri pada tahun 2017.
Komedian Robin Williams berusia 63 tahun ketika ia meninggal karena bunuh diri pada tahun 2014.
Desainer Kate Spade, juga meninggal dengan cara yang sama di usia 55 tahun pada selasa 5 Juni 2018.
Dan, publik kembali dihebohkan kembali oleh tewasnya seorang chef kenamaan, Anthony Bourdain yang mengakhiri hidupnya sendiri di usia 61 tahun pada tanggal 8 Juni 2018.
Kabar buruknya, menurut Kushnick, upaya pencegahan bunuh diri ini cenderung berfokus pada remaja.
“Kita hanya berfokus pada anak muda di usia sekolah. Tapi, mereka yang berusia paruh baya sering bergulat dengan masalah pribadi yang menghancurkan,” paparnya.
Masalah pribadi ini, kata Kushnick, bisa berupa perceraian, ketidaksuburan, dan penyakit, yang kurang mendapat perhatian.
Kushnick mengatakan orang dewasa yang telah mencapai kesuksesan terkadang mengalami ketakutan akan kesuksesan yang dialaminya.
Mereka takut akan konsekuensi kesuksesan yang diraihnya, dan cenderung lalai untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan karena pekerjaan dan kewajiban keluarga.
Selain itu, bagi wanita, perubahan hormonal dan fisik yang menyertai menopause dapat membuat mereka rentan terhadap depresi.
Kushnick juga memaparkan tanda-tanda masalah mental ini muncul dalam bentuk yang sama, tanpa memandang usia.
Menurutnya, tanda-tanda ini seringkali diawali dengan hilangnya minat terhadap aktivitas sosial, perubahan suasan hati, yang ditambah dengan tekanan kehidupan.
“Jika seseorang menunjukkan tanda putus asa yang meningkat, waktunya untuk mencari bantuan,” tambahnya.
Bantuan dapat berupa perawatan dan pengawasan di Panti Rehabilitasi, karena di Panti Rehabilitasi akan diawasi oleh para mentor dan diberikan pemahaman secara rohaninya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Mitos Keliru tentang Bunuh Diri”