Banyak orang terus-menerus mengalami gangguan pada kesehatan mentalnya akibat berbagai persoalan hidup. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini berisiko berkembang menjadi sakit jiwa. Sakit jiwa ini ternyata banyak jenisnya, mulai dari kecanduan obat hingga gangguan kepribadian.
Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir, hingga tingkah laku secara umum. Seseorang disebut mengalami sakit jiwa jika gejala yang dialaminya menyebabkan sering stres dan menjadikannya tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
Ciri-ciri orang yang mengalami sakit jiwa dapat berbeda-beda antara satu sama lain, namun pada umumnya, mereka yang mengalami gangguan jiwa dapat dikenali dari beberapa gejala tertentu. Gejala yang dimaksud seperti perubahan mood yang sangat drastis dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya, merasa ketakutan yang secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, kerap merasa sangat marah hingga suka melakukan kekerasan, serta mengalami delusional. Terkadang gejala ini juga diiringi oleh perubahan kondisi fisik, seperti sakit kepala, nyeri punggung, atau sakit perut.
Memastikan Apakah Anda Berisiko Mengalami Sakit Jiwa
Penyebab sakit jiwa seringkali tidak diketahui. Sakit jiwa dapat dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Umumnya dipikirkan dari faktor genetik maupun faktor lingkungan sekitar atau perpaduan dari faktor-faktor tertentu. Berikut beberapa faktor yang paling umum.
- Senyawa kimia alami pada otak yang bernama neurotransmiter memegang peranan penting bagi kesehatan mental seseorang. Perubahan reaksi kimia ini dapat berdampak kepada mood dan berbagai aspek kesehatan mental.
- Memiliki keluarga sedarah dengan riwayat sakit jiwa. Gen-gen tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami sakit jiwa. Kemunculannya dapat terpicu oleh persoalan hidup yang mungkin saja sebelumnya dialami penderita sakit jiwa.
- Paparan virus, racun, minuman keras, dan obat-obatan saat berada dalam kandungan dapat dihubungkan dengan penyebab sakit jiwa.
- Pada beberapa kasus, ketidakseimbangan hormon dapat berpengaruh kepada kesehatan mental.
- Mengalami kejadian traumatis, seperti pernah mengalami pemerkosaan atau menjadi korban bencana alam.
- Menggunakan obat-obatan terlarang.
- Menjalani kehidupan yang penuh tekanan, seperti kesulitan keuangan, perceraian, atau kesedihan akibat adanya anggota keluarga yang meninggal.
- Mengalami penyakit kronis, seperti kanker.
- Mengalami kerusakan otak.
- Memiliki sedikit atau bahkan tidak punya teman dan merasa sendiri.
- Pernah mengalami sakit jiwa sebelumnya.
Hal-hal di atas juga menjadi faktor risiko yang dapat membuat seseorang lebih berkemungkinan mengidap sakit jiwa. Temukan solusi secepatnya jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami salah satu atau beberapa kondisi di atas untuk mencegah kondisinya memburuk hingga menjadi sakit jiwa.
Lalu Apa Saja yang Dapat Dikategorikan sebagai Sakit Jiwa?
Ada banyak kondisi kesehatan yang dapat dikategorikan sebagai sakit jiwa. Tiap kelompok dapat terbagi lagi menjadi jenis-jenis sakit jiwa tertentu. Berikut beberapa kondisi yang sering terjadi.
Gangguan kecemasan
Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan merespon obyek atau situasi tertentu dengan perasaan ketakutan, panik, berkeringat, dan detak jantung menjadi lebih cepat. Respon ini tidak dapat mereka kontrol dan mengganggu keseharian. Gangguan kecemasan juga dapat berupa fobia terhadap situasi tertentu, gangguan kecemasan sosial, ataupun gangguan panik.
Gangguan kepribadian
Mereka yang mengalami gangguan kepribadian umumnya memiliki karakter yang ekstrem dan kaku yang cenderung tidak sesuai dengan kebiasaan bermasyarakat, seperti antisosial atau paranoid.
Gangguan afektif/mood
Orang yang mengalami gangguan mood dapat terus-menerus merasa sedih, merasa terlalu gembira pada periode tertentu, atau memiliki perasaan senang dan sangat sedih secara fluktuatif. Bentuk paling umum dari kondisi ini antara lain gangguan bipolar, depresi, dan gangguan kiklomitik di mana perubahan mood dari senang ke sedih atau sebaliknya secara signifikan.
Gangguan ketidakmampuan mengontrol keinginan
Orang dengan gangguan ini tidak dapat menolak dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya membahayakan diri sendiri atau orang lain. Gangguan jiwa yang termasuk kelompok ini antara lain kleptomania (mencuri barang-barang kecil), piromania (suka menyulut api).
Gangguan jiwa akibat penggunaan zat psikoaktif
Termasuk pada kelompok ini adalah kecanduan minuman keras dan obat-obatan terlarang.
Gangguan psikosis
Gangguan ini mengacaukan pikiran dan kesadaran manusia. Halusinasi dan delusi adalah dua bentuk gejala paling umum dari kondisi ini. Orang yang mengalami halusinasi merasa melihat atau mendengar suara yang sebenarnya tidak nyata. Sedangkan delusi adalah hal tidak benar yang dipercaya pengidapnya sebagai benar, misalnya delusi kejar, dimana penderita merasa diikuti seseorang. Contoh gangguan psikosis yang paling dikenal adalah skizofrenia. Pengidap skizofrenia mengalami gangguan otak yang membuatnya dapat mengalai halusinasi dan delusi.
Gangguan pola makan
Pengidapnya mengalami perubahan perilaku, kebiasaan, dan emosi yang berkaitan dengan berat badan dan makanan. Contoh paling umum dari gangguan ini adalah anoreksia nervosa dimana penderita tidak mau makan dan memiliki ketakutan abnormal terhadap berat badan. Contoh lain adalah bulimia nervosa dimana penderita makan berlebihan kemudian memuntahkannya secara sengaja. Ada juga kondisi binge-eating atau kondisi saat seseorang makan terus-menerus dalam jumlah banyak, namun tidak disertai memuntahkan kembali.
Gangguan obsesif-kompulsif/obsessive-compulsive disorder (OCD)
Pikiran pengidap OCD terus-menerus dipenuhi oleh ketakutan atau pikiran yang mengganggu yang disebut dengan obsesif. Kondisi ini membuat mereka melakukan ritual yang berulang-ulang yang disebut kompulsif. Contohnya adalah orang yang terus-menerus mencuci tangan karena takut secara berlebihan kepada kuman.
Gangguan pasca-trauma/post-traumatic stress disorder (PTSD)
PTSD adalah gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami kejadian yang menakutkan seperti kematian anggota keluarga yang dicintai secara tiba-tiba, pelecehan seksual, atau bencana alam.
Sindrom respons stress/gangguan penyesuaian
Yaitu ketika seseorang menjadi emosional dan mengalami perubahan perilaku setelah berada pada kondisi di bawah tekanan, seperti kondisi krisis, perceraian, bencana alam, kehilangan pekerjaan.
Gangguan disosiatif
Akibat situasi tertentu, seperti trauma, pengidapnya mengalami gangguan parah pada identitas, ingatan, dan kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya.
Gangguan seksual dan gender
Gangguan yang berdampak kepada gairah dan perilaku seksual, seperti disfungsi seksual dan gangguan identitas gender.
Gangguan somatoform
Mengalami nyeri atau sakit pada anggota tubuhnya, meski dokter tidak menemukan gangguan medis apa pun.
Selain kondisi di atas, beberapa kondisi lain, seperti berbagai jenis demensia Alzheimer dan gangguan tidur juga dikelompokkan sebagai sakit jiwa juga karena melibatkan otak.
Penyakit ini umumnya tidak dapat membaik dengan sendirinya atau bahkan dapat memburuk jika tidak segera ditangani. Pada umumnya, penanganan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan, jenis, dan penyebab gangguan.
Obat-obatan yang dapat dipakai meliputi obat-obatan antipsikosis, antidepresi, penstabil mood, dan anticemas. Biasanya pengidap akan menjalani sesi-sesi psikoterapi atau terapi bicara, stimulasi otak untuk menangani gangguan mental dan depresi, atau perawatan di rumah sakit jiwa untuk selanjutnya ditangani oleh psikiater. Di samping perawatan profesional, dukungan keluarga dan kondisi lingkungan yang nyaman menjadi faktor penentu kesembuhan pengidap sakit jiwa agar dapat kembali beraktivitas normal.
Sumber : aladokter.com